Kamis, 05 Januari 2012

HUTAN (DAN) PRIMATA: EKOLOGI DAN PELESTARIAN PRIMATA ENDEMIK DI JAWA DAN KALIMANTAN

Wilayah Sondaik adalah salahsatu kawasan terkaya di dunia untuk keanekaragaman primata di mana 18 jenis terbatas penyebarannya pada kawasan ini. Di Jawa dan Kalimantan, yang termasuk pulau-pulau yang terbesar, terdapat tiga dan lima jenis endemik yang terbatas pada satu pulau saja. Enam jenis di antaranya tergolong suku kera sub-suku Colobinae, sedangkan dua jenis tergolong suku owa. Kelestarian dari kebanyakan kera ini tergantung pada pelestarian hutan. Pulau Jawa adalah wilayah yang padat penduduknya di mana hutan ditebang sejak lama, sedangkan Kalimantan adalah pulau yang berada pada masa peralihan di mana perubahan tataguna tanah secara cepat mulai mengkonversikan permukaan pulau ini. Jawa sudah sangat sedikit hutannya sejak dulu, sedangkan Kalimantan masih ditutupi hutan luas sampai beberapa dasawarsa yang lalu.
Tujuan penelitian ini ialah mengumpulkan data mengenai ekologi dan pelestarian primata endemik di Jawa dan Kalimantan. Untuk ini studi-studi dilaksanakan di mana survai lapangan berlangsung selama perioda 1994-2001.
Bagian pertama studi ini berfokus pada pengujian mengenai tehnik sensus pada penelitian primata yaitu bermaksud untuk menentukan dampak terhadap hasil sensus dari perubahan perilaku jenis-jenis sasaran yang disebabkan oleh gangguan lingkungan di sekitar primata tersebut. Sebagai hasil penelitian ditemukan bahwa penaksiran kepadatan cukup bervariasi di antara berbagai tehnik dan lokasi. Kesimpulannya adalah bahwa kita perlu sangat berhati-hati jika membandingkan data sensus dari berbagai lokasi yang dikumpulkan oleh berbagai peneliti dengan menggunakan berbagai tehnik. Primata mungkin mengubah responsnya terhadap manusia yang mengamatinya sebagai reaksi terhadap gangguan habitatnya. Tidak mustahil ini ada dampaknya dalam program peninjauan dan sebagai hasilnya mengurangi atau melebihi taksiran kepadatan yang sebenarnya.
Bagian kedua studi ini berfokus pada primata di Pulau Jawa. Pertama, ditunjukkan bahwa populasi dari salahsatu kera endemik, yaitu Rekrakan Presbytis comata fredericae, yang terdapat di Jawa sebelah timur tidak dapat dipisahkan secara jelas sebagai jenisnya sendiri dari populasi di sebelah barat.
Kedua, penyebaran dan status kelestariannya dari primata endemik di Jawa ditentukan. Lutung Jawa atau budeng Trachypithecus auratus ditemukan di seluruh Jawa, Bali dan Lombok, akan tetapi tidak ditemukan di Kepulauan Kangean, meskipun pernah ada laporannya. Berdasarkan penyebarannya yang terbatas dan populasi-populasinya yang sangat terpencar, ditambah penangkapan untuk dijual-belikan, jenis kera ini seharusnya dianggap Rentan menurut kriteria ancaman yang disusun IUCN. Surili itu terbatas pada hutan tropis di Jawa Barat dan Tengah dari permukaan laut sampai sekitar 2500m dpl. Populasi yang cukup besar ditemukan di Jawa Tengah, di luar penyebaran yang diduga sebelumnya. Meskipun demikian jenis
Forest (and) Primates
198
ini dianggap Genting menurut kriteria acaman IUCN karena derajat terpecahnya populasi ini. Surili ini membagi habitatnya dengan Owa Jawa Hylobates moloch di sebagian terbesar wilayahnya. Jenis terakhir ini adalah terjarang dari ketiga kera endemik di Jawa karena terbatas pada kantung-kantung terakhir dari hutan tropis dataran
Bagian ketiga dari studi ini berfokus pada primata endemik di Kalimantan. Penyebaran dan status kelestariannya ditentukan untuk salahsatu primata paling karismatik di Asia Tenggara, yaitu Bekantan Nasalis larvatus. Ternyata jenis ini tidak terbatas pada daerah pesisir dan kawasan hilir dari sungai besar, seperti diduga sebelumnya, namun terdapat juga di seluruh pedalaman Kalimantan. Secara umum populasi-populasi di pedalaman kecil dan tersebar berjauhan, sebuah pola yang dapat diuraikan karena pemburuan yang lebih intensif dibanding dengan keadaannya di daerah pesisir. Jenis ini tidak dilindungi secara memadai dan kebanyakan dari populasi-populasinya yang besar sedang menurun jumlahnya Walaupun berada dalam kawasan konservasi.
Selanjutnya kami menentukan pola-pola spasial dari keanekaragaman primata dalam arti kekayaan jenis dan keendemikan untuk Kalimantan, serta mengevaluasikan ini berhubung dengan pola-pola tataguna tanah oleh manusia, dan tataruang jaringan kawasan konservasi. Hutan tropis sepanjang sungai besar di Kalimantan Timur sebelah timur-tengah yang menutupi kawasan berukuran 30,000 km2, adalah kawasan terkaya, baik dari segi jumlah jenis absolut (sampai sebelas jenis yang hidup berdampingan di sini), maupun dari segi jumlah jenis endemik (sampai lima jenis terdapat di sini). Dari kelima kawasan konservasi yang terkaya akan jenis (termasuk yang endemik), tiga di antaranya hampir habis hutannya. Ini terutama disebabkan oleh penggabungan antara penebangan ilegal, penambangan, pelanggaran tapal batas, dan pembakaran. Dua di antara primata yang endemik untuk bagian tigaperempat dari pulau Kalimantan bagian utara, yaitu Kalawat Hylobates muelleri dan Banggat Presbytis hosei adalah Rentan Punah menurut IUCN.
Pelestarian dari primata beserta hutannya, baik di Kalimantan maupun di Jawa, terbukti ada masalahnya terutama karena kekurangan kelembagaan, dana yang kurang, pengetahuan yang tidak memadai, salah-pengertian mengenai isyu-isyu ekologis, perencanaan yang kurang pemaduannya, dan kurangnya komitmen yang sungguh-sungguh serta efektif dan dukungan politik, baik setempat, nasional dan internasional. Pemecahan masalah-masalah tersebut dengan pendekatan secara integral merupakan syarat mutlak, jika kita ingin melestarikan primata endemik di Wilayah Sondaik. Penelitian di masa depan seharusnya berfokus pada pengumpulan data-data ekologi dan perilaku yang begitu dibutuhkan untuk menanggapi isyu-isyu konservasi, dan sebaiknya berlangsung melalui program peninjauan jangka panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar