Jumat, 13 Januari 2012

Hutan juga Rusak di Binjai, Lahat dan Muba

TRIBUNNEWS.COM, LAHAT - Kerusakan hutan juga terjadi di Kabupaten Lahat, Binjai dan Muba. Kondisi ini dikawatirkan warga karena bencana banjir dan longsor seolah terus menghantui. Binjai Dd (33) warga Binjai yang enggan disebutkan namanya, mengatakan, saat musim kemarau matahari rasanya sangat dekat. "Namun saat hujan, rasanya kami selalu dihantui banjir bandang yang sewaktu-waktu dapat mengancam keselamatan kami," tambahnya.

Kondisi serupa juga terlihat di wilayah Merapi, di sekitar Bukit Serelo yang merupakan ikon Kabupaten Lahat sebagian hutannya sudah gundul. Hambali (54) tokoh masyarakat di Merapi Selatan mengatakan, pengawasan dari semua pihak sangat penting untuk menjaga kelestarian hutan.

Begitu juga ketegasan hukum agar perusahaan tidak sembarangan membuka lahan. Kayu di Sungai Di Kabupaten Muba, luas hutan secara nasional masih menyisakan 138 Ribu hektar yang setiap tahunnya berkurang 1,08 persen. Kondisi ini disebabkan degradasi yang begitu hebat disebabkan pemanfaatan yang berlebihan, perubahan peruntukan hutan, kebakaran hutan, dan illegal logging.

Pantauan di beberapa areal hutan yang pernah dikelola perusahaan yang mendapatkan Hak Pengelolaan Hutan (HPH), Desa Kepayang Indah dan desa Muara Medak Kecamatan Bayung Lencir menunjukkan lahan mencapai ratusan ribu hektar mengalami degradasi hebat. Ini karena pemanfaatan yang berlebihan oleh eks pemegang HPH.

Selain itu perubahan peruntukan kawasan hutan dan pencurian kayu menjadi masalah serius yang merusak lingkungan. Kawasan Pal 12 Desa Kepayang Indah merupakan lokasi terparah karena lahan hutan hampir rata dengan tanah yang hanya ditumbuhi ilalang setinggi hampir dua meter.

Di lokasi banyak berhamburan bekas kayu yang ditebang oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Uniknya walaupun hutan di wilayah Muba telah mengalami degradasi hingga 50 persen, di lapangan masih ditemui hamparan kayu log yang diduga hasil pembalakan liar di sepanjang aliran sungai lalan Desa Muara Medak, Kepayang Indah, dan Muara Medak. Tim yang membawa rombongan direktorat pemberdayaan masyarakat

Departemen Kehutanan RI melintas di Sungai Lalan, Kamis (18/3/2010) lalu, sempat menyaksikan hamparan kayu log dalam jumlah besar yang dilakukan sejumlah oknum. Sejumlah orang sempat mengamati kedatangan rombongan dan mereka langsung kabur dengan menceburkan diri kedalam sungai lalan untuk menyelamatkan diri dan meninggalkan ratusan ribu kayu log di lokasi Sungai Lalan desa Muara Medak.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah II Lahat, Sunyoto melalui Staf Penata Perlindungan, Muhammad Nur, mengatakan, sudah ada banyak hutan yang rusak akibat ulah illegal logging, tapi luasnya belum bisa dipastikan.

Wilayah kerja BKSDA Lahat adalah hutan konservasi dan hutan taman wisata alam yang meliputi Suaka Margasatwa (SM) di Kecamatan Lahat, Pseksu, Gumay Talang dan Kikim Selatan dengan luas sekitar 46.123 ha. Sementara kawasan SM Isau-isau Pasemah luasnya sekitar 16 ribu ha meliputi kawasan Pagar Gunung, Merapi Selatan, Mulak Ulu dan Semendo Muara Enim. Sedangkan untuk Taman Wisata alam Bukit Serelo seluas 200 Ha. "Saat ini lanjutnya, salah satu wilayah yang rawan adalah Kikim. Setiap dilakukan pengejaran, mereka selalu lolos hanya barang bukti ada,"
kata M Nur.

Untuk wilayah Kecamatan Merapi Selatan yang memiliki hutan konservasi dan Taman Wisata Alam Bukit Serelo, lokasi tersebut sudah banyak terdapat kuasa penambangan (KP) Batubara.

Sayangnya, hingga kini BKSDA belum mengetahui titik-titik kepemilikan KP tersebut. Dinas Pertambangan dan Energi Lahat belum mengkoordinasi titik penambangan," katanya. Namun, lanjut M Nur, jika nanti terbukti KP memasuki wilayah konservasi dan Taman Wisata, mereka harus meminta ijin dari Menteri Kehutanan untuk membuka lahan tersebut.

Lokasi Wisata di Sekitar Kota Lahat, SUMSEL

Bukit Serelo terletak sekitar 20 km dari kota Lahat. Penduduk setempat menyebutnya Bukit Tunjuk (sebagian gunung Jempol..padahal cuma bukit sih aneh juga), karena bentuk puncaknya yang mirip telunjuk yang mencuat ke langit.
Jika anda bepergian dari Muara Enim, menjelang 20 km memasuki kota Lahat, bukit itu terlihat jelas di sebelah kiri. Dibawahnya terdapat sebuah kompleks untuk menjinakkan, melatih dan mendidik gajah. Sekitar 40 ekor sudah dijinakkan di tempat ini, namun baru sebagian yang dapat diandalkan untuk para pengunjung. Anda dapat juga membuat foto dengan gajah-gajah itu. Tinggal berikan tip sebesar Rp. 5.000,- kepada pawang dan anda dapat berpose sepuasnya. Tidak menjadi soal apakah anda akan memotret untuk 1 roll film atau slide. Tetapi jangan lupa memberikan hadiah kepada gajah-gajah itu, berupa gula-gula, kacang dan sebagainya.
Dibeberapa tempat dibawah bukit terdapat beberapa tempat untuk berkemah atau rekreasi. Para pramuka dan anak-anak muda acapkali mengunjungi tempat-tempat itu. Sebuah sungai kecil dengan air yang jernih dan belum tercemar, dapat menyegarkan anda.
serelo
GUNUNG DEMPO
Gunung Dempo merupakan salah satu obyek wisata alam Kabupaten Lahat. Gunung tertinggi di Sumatera Selatan ini dapat dicapai langsung dari Palembang dengan kendaraan pribadi selama lebih kurang 6 jam, menempuh jarak sepanjang 295 km. Dapat juga mempergunakan bus umum dari Lahat menuju Pagar Alam (60 km), dan dari sini dilanjutkan dengan bus lain menempuh jarak 9 km sampai ke perkebunan dan pabrik teh lereng gunung.
Anda dapat menginap di mess yang tersedia sambil menikmati pemandangan alam indah sekitarnya. Namun apabila ingin melakukan pendakian ke puncak gunung, maka diperlukan bantuan pawang yang disediakan mess.
Gunung Dempo mempunyai dua puncak. Diatas puncak kedua yang lebih rendah terdapat sebuah kawah yang mengeluarkan batu belerang. Kawah ini terletak ditengah lapangan pasir dan bebatuan yang biasa dipergunakan para pendaki untuk beristirahat dan berkemah. Pendakian dari Pabrik teh ke puncak ini membutuhkan paling tidak 6 jam perjalanan. Para pendaki selain menginginkan petualangan, juga pencinta alam.
dempo
AIR TERJUN LEMATANG DAN NDIKAT
Di antara Lahat dan Pagar Alam terdapat dua air terjun yang masing-masing setinggi 40 meter lebih. Lebih dekat ke arah Lahat disebut air terjun Ndikat, sedang ke arah Pagar Alam disebut air terjun Lematang. Keduany menampilkan panorama alam yang sama.
Pada hari-hari libur atau Minggu kedua air terjun ini ramai dikunjungi wisatawan, untuk rekreasi atau piknik.
Kedua tempat wisata ini dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor, baik dari Lahat maupun Pagar Alam. Namun untuk lebih mendekat ke air terjun harus turun berjalan kaki, yang tidak kurang asyiknya adalah selama perjalanan melalui liku-liku tajam sehingga cukup menegangkan.
22.jpg
(inset , ini bukan air terjun Lematang Indah, tapi air terjun apa yah..saya lupa namanya, tapi Lematng Indah paling Indah air terjunnya)
L E M A T A N G

Sungai Lematang merupakan sungai terbesar di Kabupaten Lahat. Sepanjang sungai ini, sebenarnya merupakan obyek wisata alami yang memantulkan keindahan tersendiri. Lematang, seperti sungai-sungai lain yang mengalir di daerah ini, memiliki arus deras, sedang di berbagai tempat terdapat batu-batu besar. Sungai ini, terutama di bagian hulu, setiap tahun menjadi ajang lomba rakit tradisional yang di gelar tanggal 7 Agustus. Lomba yang cukup riskan dan penuh petualangan ini disaksikan ribuan penonton baik lokal maupun wisatawan. Apalagi untuk menyaksikan lomba yang menjadi rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan itu tanpa memungut bayaran.
AIR TERJUN KARANG DALAM
Lokasi air terjun ini berada sesudah wilayah dusun Kuba, dengan wilayah yang mudah dijangkau dan bila anda memang menyukai tantangan tempat ini cocok untuk Anda. perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki yang cukup jauh karena kendaraan tidak dapat masuk. Jadi jangan lupa mampir kesana ya.
KEBUN BINATANG RIBANG KEMAMBANG
Kebun binatang ini terletak di kota Lahat, merupakan tempat wisata buatan yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Lahat. dan tidak sulit untuk menjangkaunya. Cukup dengan angkot atau ojek yang sering mangkal anda bisa langsung di antar ke tujuan. Kebun ini memiliki kolam, tapi lebih tepat danau kecil karena cukup besar untuk sebuah kolam. Danau ini berisi ikan dan satwa air yang sering kita lihat. Namun sekarang sepertinya Pemda Kota Lahat kurang memperhatikan objek wisata ini. Padahal ini bisa menjadi salah satu objek yang bagus.
Taman rekreasi Ribang Kemambang ini terdiri atas kolam pemancingan, kebun binatang mini, dan halaman rekreasi yang telah dihijaukan oleh pepohonan.

Puluhan ribu hektar hutan Lahat rusak

LAHAT - Sekitar 46.123 hektare hutan lindung di delapan kecamatan Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan mengalami kerusakan akibat penggundulan dan pencurian kayu.

Pantauan di lapangan siang ini, menunjukkan kondisi kerusakan hutan terparah itu berada di wilayah Kecamatan Kikim Selatan, Kecamatan Merapi, dan Kecamatan Tanjungsakti, Jarai, Pajarbulan, Muarapayang, Gumay serta Kikim.

Kawasan yang menjadi wilayah kerja Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), yaitu hutan konservasi dan hutan taman wisata alam cukup luas, namun dengan keterbatasan sumber daya manusia menjadi kendala utama dalam pengawasannya, kata Kepala BKSDA Wilayah II Lahat, Sunyoto, di Lahat.
Menurut dia, tugas mereka adalah menjaga daerah Suaka Margasatwa (SM) Gumay Pasemah, di Wilayah Kecamatan Lahat, Pseksu, Gumay Talan, dan Kikim Selatan yang luasnya sekitar 46.123 ha.

Kawasan pengawasan lainnya adalah Suaka Margasatwa Isau-isau Pasemah luasnya sekitar 16.000 ha, meliputi kawasan Pagar Gunung, Merapi Selatan, Mulak Ulu, dan Semendo di Kabupaten Muaraenim. Masih ditambah lagi, kawasan Taman Wisata Alam Bukit Serelo seluas sekitar 200 ha, kata dia pula.

Dia menyebutkan, untuk Kecamatan Kikim saja, terdapat enam desa yang mengalami kerusakan hutan cukup parah, meliputi Desa Keban Agung, Pandan Arang, Tanjung Kurung, Pagardin, Pagar Jati, dan Nanjungan. Belum lagi di daerah lainnya yang tingkat dan luas areal hutan rusak juga masih cukup banyak.

"Kawasan sekitar hutan yang rusak itu akan selalu berpotensi terancam bencana alam jika tidak cepat ditanggulangi," kata Camat Kikim Selatan, Abdul Rauf. Dia memperkirakan, banyak terjadi aksi pembalakan liar (illegal logging) dilakukan di kawasan lindung tersebut, dengan cara membabi buta dilakukan oleh oknum warga yang kurang peduli dengan pelestarian hutan dan lingkungan.

"Berbagai upaya sudah ditempuh untuk pencegahan dan penghentian aksi penebangan liar, khususnya di sepanjang areal hutan lindung dan suaka alam, tapi karena luas hutan yang ada masih mengalami kesulitan," kata dia. Kawasan Kikim Selatan memiliki tak kurang dari 200 ha areal hutan lindung dan juga suaka alam.
Namun, sejak tahun 1979 dan puncaknya sekitar tahun 1980 ke atas, aksi penebangan liar di wilayah itu makin marak. "Kalau dibiarkan, kondisi itu dapat menimbulkan dampak terjadi bencana alam berupa banjir dan longsor pada wilayah tersebut," ujar dia lagi.

Bupati Lahat, Saifudin Aswari Rifai, menyatakan pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kerusakan hutan, termasuk program penanaman sepuluh juta pohon. "Lahat memiliki hutan cukup luas, sehingga sangat sulit dilakukan pengawasan dengan personel pengawas masih terbatas. Oleh karena itu dilakukan koordinasi dengan instansi terkait, seperti Polres, Kodim, dan polisi hutan yang ada untuk mencarikan solusi pencegahan dan penghentian laju kerusakan hutan tersebut," kata dia.

Ruang Terbuka Hijau Diperluas

PALEMBANG– Tingginya polusi yang disebabkan dari aktivitas perusahaan dan kendaraan bermotor membuat ruang terbuka hijau (RTH) yang ada di Palembang saat ini tidak mampu lagi menyerap karbon hingga meminimalisasi polusi.

Bahkan, hutan konservasi Punti Kayu seluas 50 hektare juga dinilai tidak mampu lagi berfungsi dengan baik.Untuk itulah,guna membantu fungsi daerah terbuka hijau tersebut, kawasan Jakabaring saat ini akan dijadikan hutan kayu dan telah ditanam banyak pohon. Kepala Seksi Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan Dinas Kehutanan (Dishut) Sumsel Sutomo mengatakan, hutan sangat dibutuhkan untuk menyerap CO2.Jika hutan habis, polusi yang dikeluarkan kendaraan bermotor, perusahaan, bahkan negara-negara maju dan berkembang akan merusak iklim global.

Untuk itulah, sangat perlu dilakukan pelestarian hutan agar kondisi iklim tetap terjaga. “Untuk Kota Palembang saja, kemungkinan besar Hutan Punti Kayu tidak bisa lagi menyerap tingginya polusi dari kendaraan bermotor. Jadi, perlu dikembangkan lagi daerah untuk membantu fungsi dan tugas hutan pinus di Punti Kayu,” ujar Sutomo kemarin. Guna membantu fungsi hutan Punti Kayu, saat ini pihaknya telah membuat kawasan pengembangan hutan lain, yakni di Jakabaring, guna menjadi hutan kota.

Diharapkan, cara ini dapat menyeimbangkan kerusakan iklim karena membantu fungsi hutan Punti Kayu untuk menyerap CO2 dari polusi kendaraan yang perkembangannya sangat cepat. “Kendaraan di Kota Palembang ini sangat padat. Dapat kita lihat dari kemacetan yang kerap terjadi. Akibat kondisi ini, polusi juga sangat tinggi dan hutan kota cukup kewalahan untuk mengatasi ini.

Untuk itu, pengentasan polusi udara di Kota Palembang dapat dilakukan dengan penanaman pohon produktif dan harus sebanding dengan jumlah laju pertumbuhan kendaraan,”jelasnya. Sutomo mengklaim,selama ini upaya penghijauan dan penanaman pohon telah berjalan cukup baik dan menunjukkan peningkatan yang signifikan. Apalagi, dengan tingginya komitmen kepala daerah untuk terus menciptakan suasana hijau di Kota Palembang, turut memacu masyarakat melakukan hal serupa.

”Saat ini sudah terdapat 30% ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Palembang.Hal ini merupakan bukti komitmen Pemkot Palembang yang konsen terhadap pencemaran udara, dengan menggalakkan penanaman pohon sejak dini,” ujarnya. Sementara itu, kondisi secara umum hutan di Provinsi Sumsel saat ini,menurut Sutomo, telah menunjukkan kualitas standar dunia, meski dari jumlah lahan hutan produktif tercatat 290 hektare lahan hutan yang ada kondisinya kritis.

”Kita sudah masuk standar penghijauan dunia. Sebab,saat ini 3,6 juta hektare daerah di Sumsel merupakan kawasan hutan,”cetusnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian,Perikanan,dan Kehutanan (DP2K) Kota Palembang Sudirman Tegoeh menyatakan, untuk tetap menjaga Kota Palembang tetap hijau, pihaknya telah melakukan pengembangan hutan kota, yakni di kawasan Gandus dan Jakabaring. Sedikitnya, pada 2011 pihaknya kembali melakukan penanaman 1 juta pohon.

Dengan begitu, diharapkan polusi udara, pemanasan global,dan efek lainnya dapat diminimalisasi. “Di kawasan Kecamatan Gandus, yakni di Pulokerto, akan ditanam hutan buah yang nantinya diharapkan dapat menghidupi masyarakat sekitar. Sudah ribuan pohon buah dengan berbagai jenis, seperti mangga, rambutan, durian, jambu, ditanam di lokasi tersebut. Akan tetapi, khusus di kawasan Jakabaring, pohon kayu yang ditanam di sana tidak dapat dimanfaatkan lebih (untuk kehidupan masyarakat).Terkecuali, dilakukan penebangan jika sudah ada penggantinya,” ujar dia. yayan darwansah

30 Juta Dolar untuk Kelola Hutan Merangin-Sarolangun

ambi (ANTARA News) - Kabupaten Merangin bersama Kabupaten Sarolangun akan mendapatkan dana bantuan sebesar 30 juta dolar Australia dari program Indonesia-Australia Forest Carbon Partnership (IAFCP).

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Fajarman mengatakan  melalui program tersebut menjadikan kabupaten Merangin dan Sarolangun menjadi kabupaten percontohan di area Sumatera untuk realisasi program pengelolaan hutan tersebut.
Program ini, lanjutnya, intinya adalah pengelolaan hutan untuk mengatasi masalah perubahan iklim global (global warming), selain ke depannya juga untuk program Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD).

"Untuk kesepakatan kerjasama telah ditandatangani oleh presiden RI dan Perdana Menteri Australia. Jadi, untuk realisasinya kita yang ditunjuk sebagai proyek percontohannya di wilayah Sumatera," tegasnya.

Dana yang diterima akan digunakan untuk menjalankan program yang mencakup tiga bidang utama yakni, pengembangan kebijakan dan peningkatan kapasitas, dukungan teknis pemantauan dan perhitungan karbon, dan pengembangan kegiatan demonstrasi.

Dipilihnya Merangin dan Sarolangun menjadi proyek percontohan, dikarenakan dinilai indikatornya paling menonjol, yaitu, hutan-hutan yang ada di Kabupaten Merangin masih banyak dikelola masyarakat, seperti hutan adat, hutan desa, dan hutan tanaman rakyat (HTR).

"Melalui pengelolaan seperti ini secara otomatis kelestarian hutan akan tetap terjaga, karena masyarakatnya sendiri yang mengolah, coba kalau hutan itu milik negara, tentu masyarakat tidak bisa ikut menikmatinya. Sementara, kalau hutan adat dan sejenisnya, masyarakat sendiri yang mengaturnya," katanya. (ANT)

Wedding Trees Jaga Kelestarian Hutan di Lobar

Bupati Lombok Barat (Lobar) H Zaini Aroni saat menerima penghargaan dalam hal pelestarian hutan dari dari Presiden Susilo Bambang Yudoyono (membelakangi kamera) pada puncak Perayaan Hari Menanam Pohon di Bukit Merah Putih, Sentul, Jawa Barat Senin (28/11). Foto : Zulhakim/JPNN
JAKARTA - Berbagai cara dilakukan Pemda Lombok Barat (Lobar) agar masyarakat mau turut serta dalam melestarikan hutan. Bupati Lombok Barat (Lobar) Zaini Aroni misalnya, memberikan syarat khusus bagi muda-mudi yang ingin melangsungkan perkawinan.

Dua mempelai itu diharuskan sudah menanam dan merawat sekurang-kurangnya dua batang pohon agar bisa dinikahkan oleh penghulu sekaligus tercatat di KUA. ‘’Ini namanya program Wedding Trees atau Pohon Perkawinan,’’ ujarnya di Jakarta, Senin (28/11) malam.

Hasilnya sejak dicanangkan tahun lalu, program di Lobar ini telah berhasil menanam sedikitnya 25 ribu pohon. Inilah yang menjadi salah satu alasan Kementerian Kehutanan menobatkan Lobar sebagai juara tiga dalam program Penanaman Satu Milyar Pohon.

Anugerah ini diterima bersama Kabupaten Bojonegoro dan Jepara yang diserahkan Presiden pada puncak peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) di Bukit Merah Putih, Sentul, Jawa Barat, Senin (28/11) pagi. ‘’Ini salah satu program yang kami lakukan, banyak lagi program yang lainnya,’’ tambah Zaini.

Dipaparkannya pula,  hingga tahun ini pihaknya dan masyarakat Lobar telah berhasil menanam dan merawat sekitar 5,6 juta batang pohon. Selain dengan masyarakat lokal, penanaman ini dinilai berhasil karena dukungan sejumlah pihak termasuk para penggiat lingkungan dan NGO asing.

Selain program Wedding Trees ini  sejumlah program lainnya digalakkan agar penanaman hutan tersebut bisa terus digalakkan. Seperti Peraturan Daerah (Perda) Jasa Lingkungan, yang mengharuskan setiap pelanggan PDAM di Lobar menyisihkan Rp 1000 saat membayar tagihan bulanan. Dana ini kemudian digunakan untuk pelestarian daerah hulu mata air

Menhut : Kenaikan Harga Komoditi Perkebunan Ancam Kelestarian Hutan

Di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Jumat, Zulkifli mengatakan, untuk itu pemerintah mengalokasikan 700 ribu hektare hutan tanaman rakyat per tahun yang dibagikan kepada setiap kepala keluarga.

"Per tahun 700 ribu hektare diberikan kepada kepala keluarga untuk dikelola ditanam tanaman keras, tapi ada manfaat untuk mereka," ujarnya.

Tanah pembagian itu, menurut Zulkifli, tersebar di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Zuklifli mengakui, kenaikan harga komoditi perkebunan di tingkat dunia seperti kopi, lada, dan cengkeh, mendorong perambahan hutan oleh rakyat secara masif. Selain itu, pemekaran wilayah juga telah mendorong pembukaan hutan meski pemerintah telah mengeluarkan moratorium pembukaan hutan alam primer.

"Sekarang ini sawit mahal harganya, kopi mahal harganya, kemudian karet dan coklat. Komoditi yang merangsang penduduk meningkat berlomba-lomba mengalihfungsikan kawasan hutan menjadi perkebunan. Itu salah satu tantangan kita," tuturnya.

Pada 22 Juni 2011, Unesco mengeluarkan pernyataan bahwa taman nasional warisan dunia di Sumatera terancam bahaya kerusakan karena perambahan oleh masyarakat sekitar.

Zukifli mengakui pernyataan Unesco tersebut namun mengatakan pemerintah telah berupaya menghentikan perambahan tersebut dengan cara sosialiasi dan pembagian hutan tanaman rakyat.

"Sumatera itu memang sulit sekali kita menghentikan. Kalau Unesco mengatakan itu masuk akal. Karena taman nasional Kerinci itu kawasan sudah mendapatkan penghargaan dari Unesco sebagai world heritage. Nah, itu luar biasa, masuk dari saudara-saudara kita di Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Kira-kira ada 15 ribu orang dengan cara bukan menebang ambil kayu tetapi hutan-hutan dibakar dialihfungsikan menjadi tanaman kopi," tutur Zulkifli.

Menurut dia, perlindungan taman nasional harus membutuhkan keterlibatan aktif masyarakat sekitar melalui program pemberdayaan dan sosialiasi terus menerus. (Lap Budi M/ANT)